Jumat, Juli 30, 2010

The Rolling Stone Interview: SLANK

Bimo Setiawan Almachzumi terlihat lebih gemuk. Berat badannya naik tujuh kilogram. Selain karena sering di rumah, itu karena suntikan vitamin dari dokter yang pernah diterimanya. Bimbim, panggilan akrab drummer Slank itu, me-ngatakan sudah tak lagi minum alkohol. Kini dia hidup sehat, ...walaupun masih merokok dan minum kopi. Selasa, 9 Juni 2009, di kediaman Iwan Fals, sebelum sesi pemotretan, wawancara ini dilakukan. Katanya Anda punya lagu soal tak usah ada proses pemilu, tahu-tahu presiden sudah terpilih. Apa yang ingin Anda sampaikan di lagu itu?
Sebenarnya yang cuma dipikirkan masyarakat adalah gue dapat pekerjaan. Atau, kalaupun sudah dapat kerja, gue dapat kenaikan. Nggak peduli partai apa presidennya siapa. Ekonomi lagi jatuh, tapi tertolong karena salah satu [faktor]nya pemilu juga. Banyak partai dan calon presiden yang menyumbang ke mana-mana. Coba nanti setelah pemilu, rakyat pasti merasa susah lagi.


1.Anda merasa seperti itu juga?
Iyalah. Habis, sekarang buktinya sudah berapa bulan Slank menganggur. Yang nggak ada hubungannya sama sekali dengan pemilu lah, nggak ada hubungannya dengan konser musik. Kenapa harus dihalang-halangi dengan alasan keamanan? Jadi imbasnya kena juga. Jadi pengangguran, jadi banyak di rumah.


2.Ini terjadi lima tahun sekali ya.
Iya, memang sudah frekuensinya. Kalau Slank tuh setiap setahun sekali pas puasa, dan lima tahun sekali pas pemilu [tak ada manggung]. Itu juga karena sebenarnya adalah ladang paling besar bagi artis, kalau mau ikut salah satu partai.

3.Anda menggunakan hak pilih?
Iya. Kalau prinsip gue dari dulu akan menggunakan hak pilih, buat memilih wakil rakyat, atau calon presiden. Nantinya kalau mereka melakukan hal yang nggak gue suka-in, gue berhak untuk protes, gue berhak untuk menegur, menyentil. Kalau memilih saja nggak, jangan teriak-teriak.

4.Meskipun Anda sebal dengan proses pemilihan ini?
Ya, memilih the best of the worst lah. Walaupun kita yakin nanti dia ngehe, ya itu kita gebuk. Akhirnya jadi tugas Slank buat jadi inspirasi lagu, lewat lirik. Makanya kami nggak hilang-hilang mengkritisi lewat lagu. Daya tarik kami selain cinta, lingkungan, dan anak muda, ya politik.


5.Di momen apa Anda merasa teriakan Slank selama ini membuahkan hasil?
Era album Tujuh (1997). Kami sempat menyensor lagu sendiri malah. Liriknya sudah dicetak di album, judulnya Siapa yang Salah?. Itu juga karena pertimbangan bokap, produser, keluarga. Ini kritis banget nih. Ya sudah deh, kami tarik saja. Tapi liriknya sudah dicetak. Liriknya mengajak revolusi. Itu sebelum Orde Baru runtuh.


6.Slank juga punya ketakutan?
Dulu? Oh iya, ancaman juga banyak. Dari Pemilu 92, ajakan gabung ke Golkar tuh banyak. Dan kami selalu menolak, sampai mau ribut, mengancam segala macem. Akhirnya mulai 96 kami kabur. Setiap pemilu, pergi ke Lombok, ke Carita. Kami nggak mau berpolitik, kami berdiri di atas semua golongan.


7.Lalu pertimbangan apa yang Anda pakai untuk memilih partai?
[Kalau pemilu sekarang sih] apa yang paling dekat sama perjuangan kami. Tapi zaman dulu kan semua diarahkan. Kita ditakut-takuti komunis di PDI, ditakut-takuti dengan syariah di PPP. Salah satu pilihan yang katanya demokrat dan pekerja ya Golkar. Jadi semua orang sudah pasti pisang kuning semua.


8.Termasuk Anda?
Iya [tertawa]. Walaupun kami teriak, begitu nyoblos, nyontreng ke situ juga. Seperti era PDI dulu. Merah di seluruh Indonesia, tahun 86. Semua orang Jakarta yang turun pakai baju merah, termasuk gue. Begitu nyoblos, ya kuning juga.


9.Menurut Anda, apa yang baik buat Indonesia?
Kembali ke aslinya saja. Kita mengaku negara demokrasi Pancasila, tapi Pancasilanya saja nggak dijalankan. Mengaku dua puluh persen pendidikan harus dijalankan, belum dijalankan. Jadi kita ini negara pelanggar undang-undang sendiri. Kan ada sila kelima, Keadilan Sosial..., tapi kita nggak adil secara sosial, antara NTT, Kalimantan Timur sama Flores saja jauh banget. Jadi, munafik.


10.Anda pernah mengutarakan soal Indonesian Dream, seperti apa sebenarnya itu?
Mimpi-mimpi orang Indonesia? Sebe-narnya itu ada di Slankissme yang sering dibacakan Kaka di panggung: Tiga Belas Ajaran Slank. Di album Slankissme (2005) kan ada tiga belas lagu, diambil intisarinya. Sebenarnya itu juga Pancasila, tapi lebih ke bahasa anak tongkrongan. Di tengah wawancara, Kaka mengirimkan email yang berisi 13 ajaran tidak sempurna Slankissme: 1). Kita harus kritis, 2). Berjiwa sosial, 3). Penuh solidaritas, 4). Saling setia, 5). Selalu merdeka, 6). Hidup sederhana, 7). Mencintai alam, 8). Manusiawi, 9). Berani untuk beda, 10). Menjunjung persahabatan, 11). Punya angan yang tinggi, 12). Menjadi diri sendiri, 13). Membuka otak dan hati kita.


11.Sudah ada gambaran untuk pemilu nanti?
Belum sih, tapi gue orang yang pendendam. Ada beberapa calon yang masa lampaunya bikin gue males banget [untuk] memilih dia. Nggak pantas saja, calon pemimpin tapi masa lalunya tidak terselesaikan. Tapi orang kan bisa berubah. Orang bisa mencoba menjadi lebih baik. Paling nggak, tunjukin. Ya caranya dengan selesaikan dong masalah elo. Slank juga dulu pakai narkoba, tapi sekarang sudah berhenti. Nih gue tunjukin, gue sehat.


12.Merilis album di Amerika, bagian dari Indonesian Dream?
Bagian dari globalisasi. Mimpi kami kan ingin menyebarkan Pancasila ke seluruh dunia. Salah satunya lewat musik. Ingin ngasih tahu ke dunia, nih ada Indonesia, yang punya pemikiran, ide yang berbeda.


13.Mimpi-mimpi Anda sudah tercapai semua?
Belum. Ini baru awal. Yang sudah tercapai itu jadi konglomerat musik. Kami produksi sendiri, bikin label sendiri, mengedarkan sendiri, pakai usaha sendiri, kami mainkan sendiri. Dari hulu sampai hilir anak band, kami pegang. Sampai RBT pun kami pegang sendiri.


14.Mimpi-mimpi lainnya?
Gue ingin Indonesia, setidaknya di musik, diperhitungkan. Selain film, musik adalah salah satu hal yang bisa mempengaruhi pola musik dunia. Gua ingin musisi Indonesia bisa menyebarkan Indonesia ke seluruh dunia. Sekarang tinggal berpikir bagaimana membahasakan Indonesia ke seluruh dunia.


15Kalau mimpi di luar musik?
Indonesia sih. Paling nggak, gue akan te- us terlibat lewat lagu dan lirik untuk meng-ubah sedikit untuk Indonesia yang lebih baik. Makanya kami selalu klotok-an kalau diundang Kontras, KPK. Mereka minta kami semangati, ya kami semangati. Itu bagian dari ikut memikirkan Indonesia.


16.Indonesia yang lebih baik itu seperti apa?
Sebenarnya gampang kok, kita kan lagi belajar demokrasi. Arahnya, walaupun pe-lan, tapi sudah ke situ. Kuncinya tinggal dua: kejaksaan sama kepolisian. Sementara gue lihat, dua itu yang belum reformasi. Yang lain sampai tentara sudah reformasi, sampai birokrasi juga sudah mau reformasi


17.Lirik Indah sekali dongeng negeriku, nenek yang bercerita, Indonesia di lagu Indonesia itu asalnya dari mana?
Gue kan mau memanjangkan kata Indonesia, gue melihat Indonesia itu bangsa khayalan. Sebenarnya Indonesia itu nggak ada. Yang ada cuma bangsa Sunda, bangsa Jawa, bangsa Batak dan bangsa lain. Tapi orangtua kita, nenek moyang kita, berpikir untuk menyatu melawan Belanda dengan nama Indonesia. Tapi kita harus percaya, karena itu indah dongengnya, walaupun sampai hari ini dongeng itu belum berhasil.


18.Kenapa Anda tak perlu keluar rumah untuk bisa menulis lagu?
Gue baca koran, gue nonton berita. Itu sudah berita dunia. Dan kalau kita lebih menyepi, menyendiri, akan lebih dekat sama alam. Nalurinya malah lebih terasah, karena kebanyakan informasi juga malah membuat kita jadi ragu-ragu. Kalau kita nggak tahu, kita malah lebih berani.


19.Tapi inspirasi masih tetap mengalir ya...???
Kalau inspirasi nakal-nakal lagu Slank itu banyak dari Kaka. Kaka yang keluar, Kaka yang bandel, Kaka yang kenalan sama kupu-kupu liar, gue yang menyerap, gue yang tulis. Proses hampir sebagian besar lagu Slank seperti itu. Black-nya Slank, Kaka, kalau gue adalah white-nya. Gue bidadarinya, dia iblisnya. [tertawa]. Akhadi Wira Satriaji sedang duduk di ruang tamu kantor manajemen Slank di Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu, 3 Juni 2009, pukul 17.13, ketika saya tiba di tempat yang kami sepakati untuk wawancara. Telat tiga belas menit, kata Kaka, panggilan akrabnya, setelah saya meminta maaf karena datang terlambat. Di luar ruangan, selama sesi wawancara, beberapa Slankers menunggu dengan sabar untuk bisa berfoto bersama sang idola. Kaka adalah yang pertama kali menyebut Slankers untuk para pencinta Slank kata itu pertama kali tercatat di album kedua Slank, Kampungan (1991). Ketika Slank pertama kali muncul, di banyak daerah, orang-orang yang berambut gondrong sering dipanggil Slank. Untuk membedakan antara Slank dan para pencintanya, Kaka memilih nama Slankers.



20.Apa rasanya duet dengan Iwan Fals?
Kalau gue sebagai penyanyi, ternyata lagu Iwan Fals nggak semudah yang kita dengar. Mungkin lain key juga ya. Kalau didengar kayaknya gampang, tapi nggak segampang itu untuk dinyanyikan. Nyanyi sama dia sangat relaxing, karena dia orangnya ngulik. Datang latihan, dia sudah siap kalau ternyata harus bawain lagu orang, dalam hal ini Slank. Kalau di atas panggung sama dia, nggak terasa bahwa dia itu senior.
Kalau gue sebagai penyanyi, ternyata lagu Iwan Fals nggak semudah yang kita dengar. Mungkin lain key juga ya. Kalau didengar kayaknya gampang, tapi nggak segampang itu untuk dinyanyikan. Nyanyi sama dia sangat relaxing, karena dia orangnya ngulik. Datang latihan, dia sudah siap kalau ternyata harus bawain lagu orang, dalam hal ini Slank. Kalau di atas panggung sama dia, nggak terasa bahwa dia itu senior.


21.Telanjang dada mulai dari kapan?
Dulu bini gue suka bikinin baju, sekarang sudah nggak lagi. Alasannya gara-gara saat tur Amerika, gue kan nggak bawa koper ka-rena cuma bawa back pack, bawa beberapa kaos, kaos buat pergi dan kaos manggung. Dan di lagu kedua, lagu ketiga, sudah lepek. Dari situ gue pikir, sudah mendingan gue buka saja deh, tapi menyesuaikanlah. Kalau acara TV, nggaklah.


PLUR

Tidak ada komentar: